Tidak Harus Menjadi Gila Untuk ke Psikolog

Hi readers, 

Apa kabar? 

Mental health issue boleh juga nih?

Sebenarnya mau nulis ini mikir-mikir panjang sih, "duh posting di blog ngga ya ?"

Tapi menurutku sharing aja lah, karena menurutku mau sharing di instagram story juga terbatas dan bisa bikin teman-temanku berpikiran buruk tentang aku. Mungkin mengira aku sedang dalam gangguan mental yang parah dalam kesendirian? 

Sebenarnya ngga gitu sih.


Jadi, begini sebenarnya aku merasa ada sedikit yang mengganjal dengan diri aku. Kita flashback ke masa SMP, aku pernah kena bullying waktu kelas 2 SMP. Terlepas dari siapa yang salah, itu tetap buat aku ngga nyaman ke sekolah dan trauma tiap dengar orang berbisik seperti merasa mereka bicarain aku. Dulu pergi ke kantin sendiri aja takut banget. 

Tapi waktu berlalu ya, untungnya kelas 3 SMP hingga kuliah aku tidak punya masalah lagi dengan teman-teman dan tidak pernah dibully. Tapi masih ada trauma dan perubahan cara pandang dalam pertemanan.

Aku takut terlalu terbuka dan tidak mau mencari tau hal pribadi teman sebayaku. Aku sangat pemilih untuk mau cerita dengan teman.  Bagi aku pertemanan cukup profesional sajalah, aku juga males nongkrong, makanya sering dikira ngga punya teman.

Hey i still have a friends. But i don't like nongkrong aja hahhaa

Oke, 10 tahun berlalu dari pasca bullying di SMP. Masih ada aja hal-hal yang membuat aku tiba-tiba takut dan trauma. Kadang aku jadi merasa "i am useless, makanya ngga ada yang jadi true bestie aku". 

Dan segala hal emosional yang sering berubah sewaktu-waktu. Bisa super happy atau super sedih. Pernah mikir deh, "am i bipolar?"

Aku ngga langsung ke psikolog lho, tapi aku coba treat my self with make a journal ketika aku sedang emosional khususnya saat super sedih itu.

Beberapa hari kemudian, saat kondisiku membaik barulah aku coba baca lagi journal itu dan mencoba mengerti diriku dengan keadaan yang tenang. 

Nah, berhubung beberapa waktu lalu ada satu hal yang disekitarku membuat kurang nyaman dan sangat memenuhi isi kepalaku sampai sulit konsentrasi, ya overthinking banget lah sampai aku ngga bisa mengendalikan pikiran sendiri untuk stay positive. Akhirnya aku coba ikut mentoring di satupersen.net

Tau satupersen.net dari channel YouTube mereka sih awalnya, berbulan-bulan dengerin sampai akhirnya merasa selalu dapat solusi menenangkan diri dari konten mereka.

Btw satupersen.com ini adalah stat up anak bangsa Indonesia yang mengajarkan tentang pengetahuan kehidupan yang tidak didapat di sekolah.

Ini no endorsement ya, aku juga bayar kok untuk ikut mentoring dengan satupersen. Selain itu sebenarnya ada hal-hal sederhana yang bisa kita pelajari seperti dari webinar dan kelas onlinenya. Tapi bagi aku ada hal yang lebih dari mendengarkan aja, aku juga perlu didengarkan dari sudut pandang ahli dibidang ini. 

Di satupersen ada dua jenis konsultasi : 
-Mentoring
-Konseling

Mentoring ini konsultasi dengan mentor terlatih (which is Sarjana Psikologi) sedangkan kalau konseling ini lebih dalam lagi dengan konselor S2 Psikologi.

Cara kita tau perlunya mentoring atau konseling, ya kita bisa tes psikologi dulu untuk tau seberapa dalamnya sih masalah kita. Kalau sudah baru deh kita bisa pilih mentoring atau konseling.

Singkatnya aku sudah isi tes psikologi dan akhirnya memutuskan mentoring. Karena aku pikir nanti setelah mentoring aku evaluasi diri aku deh, lebih membaik atau apa perlu deep konseling akhirnya. 

Aku juga bisa pilih jadwal dan mentor sesuai masalahku. Bisa karena overthinking, kehilangan motivasi, kurang percaya diri, dan  lainnya.

Oh iya di satupersen.net mentoring dan konselingnya via online.
Tapi aku tetap bisa mengikuti mentoring dengan baik sih,  mentornya seperti teman curhat kita. Omongan mentor tu kayak "menyihir" aku untuk coba lebih logis lagi menganalisa yang terjadi,  menganalisa bersama-sama dan memberi solusi untuk masalahku. Singkatnya aku mendapat nilai positif dari diriku lagi.

Setelah sesi mentoring, aku mendapat worksheet tentang apa yang sedang terjadi dengan diriku dan harus bagaimana aku mengatasi kedepannya.

Kesimpulannya, masalah mental itu simpel banget sih tapi tidak bisa diabaikan karena akan sangat menganggu kesehatan kita. Aku kurang setuju ketika ada yang meremehkan orang-orang dengan masalah mental ini. 

Tapi bagi kita yang sedang memiliki masalah mental adalah hal utama yang harus kita lakukan menerima keadaan ini. Ketika kita menerimanya sebagai bagian dari kehidupan.  Itu sih hal pertama.

Aku harap tulisan sederhanaku yang masih berantakan ini ada benang awalnya yang mungkin nanti aku berlanjut.

Buat kalian yang punya masalah mental, jangan disepelekan ya. Coba cerita dengan orang terdekat, kalau kalian ngga percaya bisa ke layanan konsultasi dengan ahlinya. Karena para ahli ini pastinya profesional dalam menjalani profesi dan membantu kliennya. 


See you soon

Comments

Jangan lupa subcribe