Dear Covid-19

Hi readers, 

Kali ini aku ingin menyapa juga, "Hai, Covid-19 atau akrab dipanggil Corona."



Sudah banyak ya berkeliling dunia. Mulai dari negeri tirai bambu, negeri si lezat pizza, bahkan nusantara ini pun kau sambangi. 

Desember 2019 lalu kau hanya menjadi pusat perhatian warga Wuhan lalu seluruh daratan China. Lalu ke negara tetangga, hingga Asia Tenggara. Tapi saat itu, Indonesia belum disambangi, tapi apa mungkin sudah kau lirik ?

Oh iya, 2 minggu sudah kau datang di Indonesia. Biasanya tamu asing pasti disambut hangat di Indonesia. Tapi kali ini, kamu justru buang muka sambil berdoa "semoga aku dijauhi olehmu".

Ya, siapa yang tidak takut?
Katanya kau itu tak hanya membuat demam, rasa nyeri, sakit tenggorokan saja ya? Tapi hingga sulit bernafas. Ya, memang lebih hebat dari flu biasa.




Semua orang datang ke apotek dan petugas hanya bisa menjawab, 
"maaf, masker dan hand sanitizer habis."


Bahkan, alkohol yang dapat menjadi salah satu bahan untuk membuat hand sanitizer pun ikut habis. 


Seperti domino, begitulah penularannya hingga dampaknya terhadap kehidupan.
Awalnya hanya berdampak pada kesehatan warga. Tapi lama kelamaan ke urusan perekonomian, pendidikan hingga stabilitas nasional. 

Wuhan, daerah yang menjadi penularan pertama virus ini melakukan lockdown (karantina wilayah) untuk mencegah penularan virus. Karena mobilisasi orang dari satu daerah ke daerah lain, akan sangat memudahkan penyebaran virus ini. Contoh lockdown di Wuhan ternyata efektif untuk mencegah penularan lebih luas.



Kini, Arab Saudi dan Italia pun melakukan lockdown. Tapi Indonesia yang saat ini sudah terjadi 100 lebih kasus positif belum melakukan lockdown. Kenapa ?

Secara singkat aku merangkumnya begini, 
Saat ini kasus tertinggi Covid-19 ada di Jakarta dan Depok. Tapi juga sudah merambat ke daerah Semarang, Jawa Timur, Bali, bahkan Sumbawa. Tiap daerah ini saling berkaitan dari segi persediaan logistik walaupun berada di pulau yang berbeda. Juga, saat ini analisis darah pasien baru terpusat di Jakarta. Belum lagi pertimbangan lain seperti masih banyak masyarakat yang sebagai pekerja harian. Jika diberlakukan lockdown, bagaimana dengan mereka tersebut? 
Pasti sulit.

Jika, dipikir lagi dengan tenang. Langkah pemertintah saat ini sebenarnya dapat mecegah penularan virus ini jika kita juga disiplin. Seperti meliburkan sekolah-sekolah hingga perguruan tinggi kemudian himbauan menghindari kerumunan untuk 14 hari hingga sebulan kedepan untuk menunda penyebaran virus ini. Nah, kita sebagai masyarakat seharusnya mematuhi hal tersebut bukannya malah menjadi ajang pergi liburan, yang terjadi malah membuat risiko penularan virus bisa saja meluas ke daerah tempat orang liburan karena di sana tentunya ramai.

Bayangkan jika kita semua memang belajar, bekerja, dan, beraktivitas dari rumah saja. 
Anggap saja logistik sudah cukup untuk 14 hari atau sebulan, tak ada yang keluar rumah. Pastinya penularan virus sangat minim kan ?
Apalagi negara-negara lain banyak yang sudah melakukan karantina wilayahnya, harusnya pendatang dari negara lain yang mungkin saja menularkan virus ini juga lebih minim untuk saat ini.

Tapi...aku rasa masyarakat kita tidak bisa jika semuanya dari rumah. Dunia industri di Indonesia belum sepenuhnya mampu menerapkan hal ini. Tak sepenuhnya virus ini yang menjadi penyebab kepanikan, tapi kita panik dengan penghasilan kita.

Seperti di Bali yang mengandalkan pariwisata. Banyak sektor yang didukung oleh pariwisata. Jika tamu tak ada yang datang untuk berwisata lalu bagaimana jasa akomodasi wisata dan biro travel lainnya bisa "makan" ? 
Banyak yang dirumahkan bahkan gaji bulan Februari banyak yang belum terbayarkan. 

Itu yang menjadi pembeda kita dengan negara lain yang sudah melakukan lockdown. 
Itu juga yang menjadi pembeda kita dengan negara lain untuk menyikapi Covid-19 ini. Kita sudah lebih dulu panik dengan pendapatan yang menurun bahkan mendekati nol. Lalu bagaimana bisa kita bertahan hidup selama virus ini masih menjangkit dan makin membuat dunia panik ?

Belum lagi, negara tetangga ikut menilai respon pemerintah Indonesia terhadap Covid-19 ini.
Tak hanya itu, dari dalam negeri pun komentar tak kalah heboh.

Aku sendiri, sebagai calon sarjanawati menjelang akhir tahun ini malah....merasa "tak perlu komentar itu. Negeri ini bahkan dunia perlu aksi nyata saling membantu untuk mencegah bahkan menghentikan virus ini."

Entah apakah ini alami atau buatan ?
Tapi ada hikmahnya, karena si virus yang suka keliling dunia ini, aku jadi tahu bagaimana karakter orang-orang yang ada di sekitarku dalam menyikapi kehidupan kedepannya.

Sudah aku catat, bahwa aku dan kamu harus jadi seseorang yang harus giat bekerja, dan menabung suatu saat nanti. Untuk berjaga-jaga di kondisi seperti saat ini.
Rasa nasionalisme juga harus dijaga agar tak termakan hoax dan adu domba dari orang-orang yang memanfaatkan keadaan. Lalu rasa berani, mandiri, dan kepedulian untuk merawat diri dan orang sekitar.

Dear, Covid-19 

Jika kau hadir untuk menguji rasa solidaritas dan kemanusiaan orang di dunia saat ini, mungkin boleh juga. Tapi doa dari seluruh dunia adalah tak ingin berkenalan denganmu apalagi harus terbaring karenamu.

Oh ya, aku sedang PKL dan tak #dirumahaja. Tapi aku hanya bisa rajin cuci tangan dan berdoa.
---------------------------------

Update hari ini, memang beberapa negara yang sudah menemukan calon vaksin untuk virus ini akan melakukan uji coba terhadap manusia. Semoga ini bisa menyelamatkan banyak nyawa.

Begitu banyak tips pencegahan tentang virus ini, harusnya kalian sudah tahu kan ?




Pakai masker bagi yang sedang sakit atau bertemu orang sakit, mencuci tangan, pola GERMAS lainnya, lalu jangan lupa SOCIAL DISTANCE



Terakhir, sebagai penutup postingan ini



Comments

Jangan lupa subcribe